Noda Hitam di Jubah Putih Gerbang Salam

Oleh: Abdul Aziz

Siang itu, suasana di Kota Pamekasan, Madura, Jawa Timur, nampak berbeda dari hari-hari biasanya. Arus lalu lintas terpantau sangat ramai, dan di sepanjang ruas jalan raya baik dipenuhi konvoi kendaraan bermotor jenis roda dua.

Mereka itu adalah para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang sederajat yang sedang merayakan kelulusan ujian nasional.

Ekspresi kegembiraan nampak di wajah mereka. Corat-coret seragam sekolah, serta saling membubuhkan tanda tangan di seragam sekolah yang mereka gunakan merupakan salah bentuk luapan kegembiraan, para siswa yang telah mengikuti pelaksanaan ujian nasional ini.

Konvoi kelulusan ini tidak hanya dilakukan oleh pelajar putri, namun juga para pelajar putri. Diantara mereka bahkan ada yang terlibat berboncengan dengan berdiri, sambil berjoget. Sebagian ada yang melepas jilbabnya bahkan ada yang sampai telanjang dada.

Peserta konvoi lain di lokasi berbeda tidak kalah serunya, karena mereka menggunting rok segaram sekolah teman-teman pelajar putri secara beramai-ramai.

“Hore…..selamat tinggal masa SMA,,! teriak salah seorang siswa dengan suara nyaring sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.

Dari ratusan peserta konvoi pelajar yang sedang merayakan kelulusan ujian nasional ini, satu diantara sempat menjadi perhatian serius kalangan wartawan yang sedang mengabadikan gambar perayaan kelulusan pelajar SMA ketika itu, yakni adanya sepeda motor berplat merah yang digunakan dalam konvoi kelulusan siswa.

Konvoi keluluhan siswa SMA dan yang sederajat di Kabupaten Pamekasan ini tidak hanya di jalur lalu lintas di dalam kota, tetapi juga di hampir semua jalur lalu lintas di wilayah itu.

Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa sebagian para pelajar dari berbagai lembaga pendidikan ini juga ada yang merayakan kelulusan dengan cara berciuman bersama di sebuah lokasi hutan mangrove di tepi pantai di Pamekasan.

Sayangkan konvoi
Aksi konvoi yang dilakukan siswa Pamekasan dalam merayakan kelulusan siswa ini dinilai sangat berlebihan.

Wakil Ketua DPRD Pamekasan Khairul Kalam menyatakan, tidak seharusnya itu terjadi di Pamekasan, karena kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten yang telah menerapkan syariat Islam melaui gerakan pembangunan masyarakat Islami (Gerbang Salam).

“Rasanya sangat tidak pantas jika aksi sobek rok dan aksi telanjang dada masih terjadi. Pamekasan ini kan kota Gerbang Salam,” kata Khairul Kalam.

Tidak hanya Wakil Ketua, aksi konvoi kelulusan yang dinilai berlebihan dan melampai batas etika moral agama itu juga menjadi perhatian serius komisi D DPRD Pamekasan yang membidangi pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

“Kami sangat prihatin dan akan mengagendakan hal ini dalam waktu dekat dengan memanggil pihak Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama dan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset,” kata Ketua Komisi D DPRD Pamekasan Makmun.

Makmun menyatakan, adanya siswa yang melakukan konvoi dengan menggunakan kendaraan sepeda motor pelat merah (motor dinas) untuk kepentingan hura-hura seperti konvoi, merupakan salah satu bentuk pelanggaran.

“Kami sangat menyesalkan kenapa orang tuanya membiarkan kendaraan dinasnya digunakan untuk berkonvoi,” katanya.

Padahal, sambung dia, jauh sebelum pengumuman UN, Pemkab Pamekasan telah menyampaikan imbauan kepada para orang tua melalui instansi terkait agar memperhatikan putra-putrinya dalam merayakan kelulusan.

Politisi dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Pamekasan ini juga menyayangkan sikap Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan yang tidak mematuhi kesepakatan bersama dengan dewan.

Padahal menurut Makmun antara Disdik dan Kemenag Pamekasan telah bersepakat akan menyampaikan pengumuman kelulusan melalui surat kepala orang tuanya masing-masing.

“Ketika itu disepakati agar pengumuman kelulusan disampaikan langsung dengan memanggil orang tuanya bersama siswa yang bersangkutan ke sekolah,” katanya.

Sehingga, sambung dia, dengan cara seperti itu, maka siswa SMA dan sederajat dalam merayakan kelulusan akan terpantau.

“Saya yakin kalau penyampaian pengumuman kepada kedua belah pihak ini (orang tua dan siswa) tidak akan terjadi konvoi dan aksi corat-coret baju yang menurut etika agama ini berlebihan,” kata Makmun menjelaskan.

Selain melanggar nilai moral agama, kata dia, aksi konvoi kelulusan yang berlebihan di Kabupaten Pamekasan tersebut, juga telah mencoreng nama baik Pamekasan sebagai kota pendidikan.

Kearifan Lokal
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Pamekasan, Basyair menyatakan, konvoi kelulusan siswa yang diwarnai dengan aksi gunting rok, dan telanjang dada menuai protes dari berbagai kalangan karena melanggar “kearifan lokal” yang dianut masyarakat di daerah tersebut.

“Aksi siswa ini menjadi sorotan karena Pamekasan sendiri merupakan kabupaten yang menerapkan syariat Islam melalui program Gerakan Pembangunan Islam (Gerbang Salam),” kata Basyair.

Ia menjelaskan, sebenarnya cara berpakaian dengan membuka jilbab hingga terlibat di sebagian leher dan dadanya itu tidak seberapa dibanding dengan cara berpakaian siswa dan masyarakat di daerah lain semisal di Surabaya.

“Di sana kan sudah biasa berpakaian hanya dengan kaos singlet saja. Itu tidak diprotes, karena disana alamnya berbeda. Nah di Pamekasan menjadi gaduh karena kota Gerbang Salam. Jadi yang dilakukan siswi itu melanggar kearifan lokal yang ada disini,” katanya menjelaskan.

Kendatipun demikian sambung Basyair, kedepan, kejadian aksi melebihi batas, semisal konvoi, aksi corat-coret baju dan membuka jilbab, hendaknya bisa diantisipasi dan menjadi perhatian semua pihak. Baik, kata dia oleh pihak sekolah, ataupun para orang tua siswa.

Basyair yang juga Kepala rintisan sekolah bertaraf internasional SMA Negeri I Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, khusus di lembaganya ia telah melakukan upaya antisipatif dengan cara memberikan pengumuman langsung kepada orang tua siswa melalui surat.

“Saat memberikan pengumuman itu kami meminta kepada orang tua siswa ini agar menjaga putra-putrinya untuk tidak konvoi dan melakukan perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral agama dan hukum,” kata Basyair.

Hasilnya, sambung dia, cara seperti itu memang sangat efektif, apalagi jauh hari sebelum pengumuman para guru di lembaga menyampaikan kepada siswa, akan menakan ijazah mereka jika ketahuan seragam sekolahnya dicorat-coret.

Bupati Minta maaf
Aksi konvoi sobek rok dan telanjang yang dilakukan pelajar SMA saat pengumuman kelulusan ujian nasional ini menjadi noda berbekas bagi pimpinan daerah di wilayah itu. Bahkan Bupati Pamekasan Kholilurrahman empat hari setelah kejadian, meminta maaf kepada masyarakat Pamekasan terkait adanya aksi konvoi tersebut.

“Saya atas nama pribadi dan juga pemerintah kabupaten minta maaf kepada masyarakat dan saya terus terang sangat kecewa dengan adanya konvoi kelulusan yang sudah diluar batas kewajaran itu,” kata Bupati Kholilurrahman, dalam jumpa pers di pendopo pemkab setempat.

Menurut bupati, aksi konvoi yang dilakukan siswa SMA saat pelaksanaan pelulusan ujian nasional tanggal 16 Mei lalu sudah melebihi batas kewajaran. Apalagi sampai membuka jilbab, telanjang dada dan menyobek rok seragam sekolah yang digunakan.

Kondisi semacan itu, kata dia, sangat bertentangan dengan ikon Pamekasan sebagai kabupaten yang mencanangkan program Gerakan Pembangunan Masyarakat Islami (Gerbang Salam). “Saya terus terang sangat kecewa,” katanya.

Oleh sebab itu, sambung bupati, pihaknya meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Pamekasan agar memerintah para kepala sekolah di wilayah itu untuk melacak identitas oknum siswi yang telah melakukan perbuatan melebihi batas tersebut.

Bupati, ketika itu meminta, agar yang bersangkutan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat. “Jika tidak, maka saya minta ijazahnya ditahan,” katanya.

Selain meminta maaf, bupati juga menyampaikan apresiasi kepada kalangan legislatif yang juga ikut berperan aktif memanggil Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan terkait persoalan tersebut.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Pamekasan Djuhaini merupakan salah satu anggota dewan yang sempat menyaksikan secara langsung konvoi kelulusan siswa SMA dan yang sederajat di Kabupaten Pamekasan tersebut.

Bahkan anggota dewan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini sempat memontret aksi telanjang dada itu yang menurutnya melebihi batas kewajaran moral agama.

Menurut Djuhaini, aksi telanjang dada yang dilakukan siswa tersebut bukan berarti bugil akan tetapi hanya terlihat kaos dalam si siswi tersebut dan membuka jilbabnya.

“Tapi kalau ukuran disini sebagai kota yang menerapkan syariat Islam, itu sudah melebihi batas,” ucap Juhaini.

Tidak hanya itu saja, yang juga membuat masyarakat marah, karena selain membuka jilbab dan sebagian kancing baju seragam, mereka juga bermesraan diatas motor, layaknya sudah menjadi suami-istri yang menurut ukuran agama tersebut merupakan bentuk pelanggaran.

Sulaisi Abduurazak dari Central of Religion and Political Studies menilai, sebenarnya sorotan tajam tentang aksi konvoi kelulusan siswa SMA di Pamekasan tersebut merupakan konsekwensi logis dari pencanangan gerakan yang dilakukan pemkab di wilayah itu sebagai kota Gerbang Salam.

“Kalau Pamekasan tidak mendeklarasikan diri sebagai kabupaten yang menerapkan syariat Islam, saya kira sorotan berbagai kalangan tidak akan separah itu,” katanya menjelaskan.

Mantan Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan ini lebih lanjut menyatakan, kabupaten Pamekasan ibarat kain putih yang apabila terkena noda sedikit saja akan mudah terlihat oleh masyarakat.

“Perumpamaannya dalam kasus konvoi kelulusan siswa kemarin itu adalah ibarat noda hitam di jubah putih Pamekasan yang kini tengah menerapkan gerakan pembangunan masyarakat Islami (Gerbang Salam),” kata Sulaisi menjelaskan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s