Pamekasan – Kedekatan hubungan TNI dengan rakyat, terbukti telah menjadi salah satu penopang kekuatan bangsa ini, dalam upaya memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bangsa ini bebas dari penjajahan dan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 18 Agustus 1945, berkat kekompakan rakyat dengan tentara yang sama-sama berjuang, mengusir penjajah di bumi Nusantara ini.
Sejarah mencatat, sebelum TNI resmi dibentuk, telah lahir orrganisasi yang bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Dalam perkembangannya, organisasi ini berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), selanjutnya Tentara Republik Indonesia (TRI), sebelum akhirnya ditetapkan ditetapkan secara resmi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947 oleh Presiden RI Pertama, Ir Soekarno.
Peran rakyat akan cikal-bakal pembentukan TNI, tentu tidak bisa dilupakan begitu saja, bahkan berkat kerja sama yang baik antara rakyat dengan TNI, bangsa ini bebas dari penjajahan, menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat sampai saat ini.
“Kemanunggalan antara rakyat dengan TNI inilah yang harus tetap kita jaga, karena TNI itu sebenarnya berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,” kata Komandan Kodim 0826 Pamekasan Lelkol Arm Mawardi.
Atas dasar itu pula, pemerintah memandang perlu adanya kegiatan nyata yang perlu dilakukan oleh TNI, untuk tetap menjaga hubungan baik, antara TNI dengan masyarakat, membangun pondasi negara yang kuat melalui kemitraan terencana antara TNI dengan masyarakat.
Oleh karena itu, sekitar tahun 1980-an, pemerintah membuat program yang diberi nama Abri Masuk Desa (AMD).
Program ini digelar di beberapa daerah di Indonesia. Lokasi yang dipilih, terutama di daerah tertinggal, terisolasi, perbatasan, daerah kumuh perkotaan, serta daerah lain yang terkena dampak bencana.
Dalam perkembangannya, nama program AMD ini berubah menjadi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) dengan substansi tujuan yang sama, yakni membantu memajukan daerah tertinggal, serta mendekatkan hubungan antara TNI dengan masyarakat.
“Oleh karenanya, program TMMD sangat dibutuhkan dalam mempercepat proses pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah, khususnya untuk wilayah pedesaan, daerah tertinggal, terpencil maupun terisolir,” kata Wadan Kobangdikal Brigjen TNI Mar Ivan A.R Titus saat membacakan amanat KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada pembukaan TMMD ke-94 di Lapangan Waru, Pamekasan.
Kegiatan TMMD dengan sasaran Desa Sana Laok, Kecamatan Waru itu meliputi program fisik dan non-fisik.
Pembangunan fisik berupa pembangunan jembatan, jalan desa, perbaikan masjid dan bedah rumah tidak layak huni (RTLH) dan pembangunan bronjong.
Sementara, pembangunan non-fisik antara lain berupa penyuluhan hukum, bantuan administrasi kependudukan, serta penyuluhan upaya menangkal paham radikalisme bagi warga di desa itu.
Untuk menangkap paham radikal ini, TNI bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan.
Sesuai dengan substansi tujuan, yakni kemanunggalan TNI dan masyarakat, maka program ini tidak hanya melibatkan TNI saja, akan tetapi juga segenap komponen bangsa, baik unsur Pemerintah, maupun instansi non-pemerintah bersama masyarakat.
Konsep pelaksanaan program ini, kata, Wadan Kobangdikal, sebenarnya merupakan wujud nyata dari penerapan budaya gotong-royong, bangsa ini, yakni budaya leluhur dan telah berlangsung sejak dulu, dan merupakan salah satu kekuatan bangsa ini.
TMMD ke-94 kali ini bertema “Dengan Semangat Kemanunggalan, TNI, Polri, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah dan Seluruh Komponen Bangsa lainnya, Kita Laksanakan Percepatan Pembangunan Melalui Program TNI Manunggal Membangun Desa Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Pedesaan”.
“Kami berharap, target yang ingin kami capai dari program TMMD kali ini, nantinya benar-benar terbangun kekompakan, kesatuan atau kemanunggalan antara TNI dengan rakyat, sehingga bangsa ini benar-benar menjadi bangsa kuat dan berdaya,” terangnya.
Ia lebih lanjut menjelaskan, ada tiga target sukses yang diharapkan dalam pelaksanaan program TMMD tersebut, yakni sukses penyelenggaraan, sukses memperkokoh kemanunggalan TNI-rakyat, dan sukses meningkatkan budaya gotong-royong di masyarakat.
Sesuai semangat daerah
Bupati Pamekasan Achmad Syafii mengatakan, program TMMD dengan sasaran Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Pamekasan ini sebenarnya merupakan program pemerintah pusat, bukan Pemkab Pamekasan.
Namun demikian, pihaknya sepenuhnya mendukung kegiatan tersebut, karena sejatinya program nasional seperti TMMD itu, sesuai dengan semangat pembangunan Pemkab Pamekasan, yakni pemerataan pembangunan hingga ke pelosok desa.
Achmad Syafii menuturkan, pemerataan pembangunan di Pamekasan sebenarnya telah dicanangkan dirinya sejak menjabat sebagai Bupati Pamekasan melalui program “Bunga Bangsa (Bupati Mengajak Masyarakat Membangun Desa)”.
Selain untuk pemerataan pembangunan di desa-desa terpencil, program yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajak semua pejabat dan pimpinan SKPD di lingkungan Pemkab Pamekasan menginap di rumah-rumah warga desa, juga untuk mendorong semangat proaktif ikut membangun bagi masyarakat desa.
Program Bunga Bangsa yang dicanangkan Pemkab Pamekasan ini, lanjut bupati, juga dimaksudkan untuk membangun komunikasi efektif antara pejabat pemkab sebagai pelayan masyarakat dengan masyarakat desa.
“Ada upaya pendekatan, ada upaya mendorong semangat warga untuk proaktif dalam bidang pembangunan, sehingga dengan cara seperti itu, diharapkan akan tercipta rasa memiliki pada infrastruktur desa yang telah dibangun oleh pemerintah daerah,” terang Syafii.
Disisi lain, Bupati Achmad Syafii menginginkan, program Bunga Bangsa yang dicanangkan itu dan telah berlangsung selama dua tersebut, untuk membuka kran komunikasi dua arah, antara pemkab dengan masyarakat desa.
Mantan anggota DPR RI ini menjelaskan, dirinya dipilih langsung oleh rakyat, dan sewajarnya apabila ia bersama para pejabat teras di lingkungan Pemkab Pamekasan mendengar secara langsung aspirasi rakyat.
“Dalam kegiatan Bunga Bangsa itu, kami memang meluangkan waktu untuk berdialog secara langsung dengan masyarakat, disamping menginap di rumah masyarakat di desa yang menjadi sasaran program Bunga Bangsa itu,” terangnya.
Dengan demikian, sambung dia, sebenarnya program “Bunga Bangsa” itu substansinya tidak jauh berbeda dengan program TMMD, yakni sama-sama menginap di desa, membangun desa dengan melibatkan peran aktif masyarakat desa, termasuk meningkatkan budaya gotong-royong.
“Gotong royong ini merupakan kekayaan kita, budaya milik kita, tapi semakin hari, nampak semakin hilang,” katanya.
Semangat kebersamaan dan keakraban antara pejabat pemkab dengan masyarakat desa ini pula yang mengilami TMMD di Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Pamekasan diterapkan seperti program “Bunga Bangsa”.
Pada pelaksanaan TMMD ke-94 yang berlangsung mulai tanggal 7 hingga 27 Mei 2015, para prajurit itu juga menginap di rumah-rumah warga.
“Masing-masing lima orang menginap di satu rumah warga, sehingga ada 30 rumah warga yang menjadi tempat menginap prajurit selama pelaksanaan TMMD,” kata Komandan Kodim 0826 Pamekasan Letkol Arm Mawardi.
Selain itu, uang makan para prajurit selama bertugas, juga diserahkan kepada pemilik rumah, untuk dimasak, sehingga mereka bisa makan bersama warga, dan secara otomatis.
“Paling tidak, dengan cara seperti itu, warga bisa mengambil manfaat, merasakan adanya perbaikan gizi,” kata Mawardi.
Keuntungan TMMD
Bupati Achmad Syafii menyatakan, program TMMD tidak hanya mempunyai misi untuk merekatkan hubungan antara TNI dengan rakyat dan menumbuhkan semangat gotong-royong, akan tetapi juga memiliki keuntungan dari segi biaya, yakni lebih ekonomis.
Hal ini terjadi, karena proyek pembangunan yang digelar dalam program itu atas bantuan masyarakat bersama TNI.
Pada TMMD yang digelar di Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, Pamekasan itu, anggaran yang disediakan pemerintah, hanya Rp950 juta untuk membangun infrastruktur jalan, merehabilitasi masjid, perbaikan rumah tidak layak huni.
Untuk program non-fisik lainnya, seperti penyuluhan hukum, bantuan perbaikan administrasi desa, serta penyuluhan keagamaan.
Namun, karena ada peran aktif masyarakat bersama TNI, maka anggaran sebesar itu, bisa memperbaikan berbagai pembangunan yang memang telah diagendakan.
“Selain itu, masyarakat juga ikut merasa memiliki terhadap pembangunan yang dibangun sendiri oleh mereka itu,” katanya.
Pada pelaksanaan TMMD di Desa Sana Laok, Kecamatan Waru, peran aktif masyarakat memang terlihat menonjol, teruma dalam hal renovasi masjid. Namanya masjid As-Syuhada yang terletak di Dusun Sumber Klompang.
Dana yang disediakan pemerintah untuk renovasi masjid berukuran 15 x 35 meter ini, Rp100 juta.
“Untuk sekedar menenovasi, bukan membangun baru, dana sebesar itu, sudah diperkirakan cukup, setelah dikalkulasi dengan bahan material, ongkos transportasi bahan bangunan dari toko ke lokasi dan berbagai jenis biaya lainnya,” kata Pasi Ter Kodim 0826 Pamekasan Kapten Arh Ariman.
Akan tetapi setelah petugas menyampaikan rencana renovasi itu, masyarakat berserta para ulama justru meminta agar masjid itu dibongkar total dan dibangun baru dengan pertimbangan agar lebih kokoh dan tidak cepat rusak.
“Yang mengejutkan sekaligus membanggakan bagi kami, karena masyarakat mau sumbangan untuk menambah kekurangan dana itu, hingga pembangunan masjid selesai,” kata Ariman.
Dari empat proyek yang dikerjakan dalam program TMMD itu, dua diantaranya menjadi perhatian masyarakat Pamekasan, dan mendapatkan dana tambahan, yakni pembangunan renovasi masjid As-Suhada dan renovasi tidak layak huni.
“Kalau Masjid As-Syuhada itu, juga dibantu oleh Kodam V Brawijaya yakni berupa keramik dan sumbangan semen dari pengusaha dari Kota Pamekasan,” kata Kepala Desa Sana Laok, Abd Rahman.
Bantuan lain, dari Badan Amil Zakat (BAZ) Pemkab Pamekasan senilai Rp25 juta yang diserahkan melalui Dandim 0826 Pamekasan Letkol Arm Mawardi. Lembaga ini juga membantu memperbaiki enam rumah tidak layak huni di desa itu.
Keberadaan TNI di Desa Sana Laok ini, memang nampak mengesankan suasana berbeda bagi masyarakat di desa itu. Keakraban antara TNI dengan masyarakat, baik anak-anak, remaja dan para tokoh, sangat terasa.
Tidak ada lagi sekat sosial diantara mereka. Usai bekerja, para prajurit ini berbaur dengan masyarakat berdiskusi tentang berbagai persoalan, termasuk berbagi cerita tentang pengalaman mereka masing-masing.
“Kalau bisa diperpanjang, masyarakat sebenarnya ingin, para tentara lebih lama lagi disini. Tapi katanya waktu yang diberikan hanya hingga tanggal 27 Mei itu,” kata tokoh masyarakat setempat yang juga takmir masjid As-Syuhada itu, Kiai Musleh.
Musleh dan beberapa tokoh agama lainnya menyadari, bahwa sebenarnya lembaga ini sangat dipercaya masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya sumbangan dari pihak ketiga, atas pembangunan masjid dalam program TMMD.
“Kami di sini sebenarnya bukan hanya senang, tapi bangga, karena desa kami bisa ditempati program TMMD dan rumah-rumah masyarakat banyak yang menjadi tempat menginap TNI,” kata tokoh agama lainnya, Rusman Suudi. (Sumber: antarajatim.com)