Menafsir Baju Politik Achmad Syafii

Bupati Pamekasan Achmad Syafii menggunakan seragam Partai Persatuan Pembangunan pada acara peletakan baru pertama kantor DPC PPP di Jalan Bonorogo, Pamekasan 7 Januari 2015.
Bupati Pamekasan Achmad Syafii menggunakan seragam Partai Persatuan Pembangunan pada acara peletakan baru pertama kantor DPC PPP di Jalan Bonorogo, Pamekasan 7 Januari 2015.

Ada pemandangan berbeda pada peletakan baru pertama pembangunan kantor DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jalan Bonorogo, Kelurahan Lawangan Daya, Kecamatan Pademawu, Pamekasan yang digelar pada 7 Januari 2015.

Bupati Pamekasan yang merupakan kader Partai Demokrat, diusung dari partai berlambang mersi ini sebagai orang nomor satu di Pamekasan berpasangan dengan wakilnya Kholil Asy’ari, justru memakai seragam PPP. Bupati menggunakan jas PPP dengan dengan pin-nya, sebagaimana biasa digunakan kader-kader dan pengurus partai berlambang kabah ini.

Dalam sambutannya pidatonya, orang nomor 1 di lingkungan Pemkab Pamekasan, yang kini masih menjadi kader Partai Demokrat itu, juga memuji partai dengan slogan rumah besar ummat Islam itu.

“PPP ini merupakan Partai dengan militansi kader yang sangat kuat, dengan digawangi oleh masyaikh, dan para ulama,” demikian salah satu petikan pernyataan Achmad Syafii sebagaimana dilansir situs mediamadura.com, Rabu (7/1/2015).

Bahkan bupati dalam kesempatan itu, mengaku tidak akan pernah lupa dengan PPP, dimana partai tersebut telah membesarkan dan mengantarkannya menjadi anggota DPRD Pamekasan hingga menjabat sebagai Bupati Pamekasan pada periode 2004-2009.

“Sehingga, sampai saat ini, ia masih merasa menjadi bagian dari keluarga besar PPP,” katanya menambahkan.

Meskipun saat ini ia telah menjadi kader Partai Demokrat, bukan berarti saya keluar dari PPP. Saya di Demokrat, tetapi bukan keluar dari Partai Persatuan Pembangunan. Saya ditugaskan oleh tokoh, karena situasi politik untuk berangkat dari Partai Demokrat,” terangnya.

Lebih lanjut, Syafii menuturkan, ia sengaja mengenakan jas berwarna hijau itu. Bahkan seragam yang dikenakan itu merupakan seragamnya saat masih aktif di PPP.

“Jas yang saya Kenakan ini, hampir 10 tahun saya simpan dengan baik. Saya letakkan sejajar dengan jas Partai Demokrat,” urainya.

Tetapi, kata dia, kini dirinya telah menjadi kader Partai Demokrat, dan ada batasan yang tidak boleh dilangkahinya.

Mengenakan jas kebesaran PPP itu yang dipakainya saat peresmian kantor DPC PPP itu, bukan berarti pindah partai. “Ada batasan yang membatasi saya, bagaimanapun saya sekarang adalah kader Partai Demokrat,” tegasnya.

Sebagai politikus yang ingin diterima semua kalangan, sikap Bupati Pamekasan Achmad Syafii bisa saja dipandang sebagai sesuatu yang wajar. Sebab dengan demikian, Syafii berarti masih menghormati dan menghargai partai politik yang mendukungnya saat pilkada 2013.

Disatu sisi, apa yang dilakukan Syafii sebagai bentuk penghormatan kepada guru dan ulama yang telah mendidiknya selama ini, semisal kepada KH Mohammad Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Banyuanyar, KH Ali Karrar, pengasuh Ponpes Darut Tauhid, Talangoh, Proppo, dan KH Mundzir Kholil, pengaruh Ponpes Sumber Batu Blumbungan yang selama ini dikenal sebagai tokoh partai itu.

Namun demikian, sikap politik Achmad Syafii ini, bisa saja dipandang sebagai bentuk pernyataan lahiriyah, bahwa sebenarnya Syafii telah mendeklarisikan dirinya sebagai bagian dari PPP. Karena paradigma politik terkait koalisasi partai, bukan pada saling memakai seragam, akan tetapi saling mendukung atas kepentingan politik dalam mencapai tujuan bersama.

Memang tidak ada pengurus Partai Demokrat yang memprotes langkah Bupati Achmad Syafii menggunakan seragam PPP. Sebagian kader partai berlambang mersi ini justru acuh, bahkan tidak peduli, kendatipun mereka menyadari, bahwa bangunan warga dan logo partai adalah bangunan politik yang harus dipegang teguh kader partai.

Paling tidak, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari rafsir baju politik Achmad Syafii sebagai kader Partai Demokrat yang menggunakan baju PPP.

Pertama, Syafii ingin menunjukkan kepada publik bahwa sejatinya ia masih ingin tetap berada di lingkungan PPP kendatipun sebenarnya ia telah pindah ke Partai Demokrat.

Kedua, Achmad Syafii memang hendak hengkang dari Partai Damokrat, namun disatu sisi ia “ewuh-pakewuh” dengan jajaran pengurus Partai Demokrat, karena selama ini dirinya telah dibesarkan oleh partai itu, setelah gagal menjadi Bupati Pamekasan pada pilkada 2008.

Atau kemungkinan yang ketiga, yakni, Achmad Syafii memang tidak memiliki komitmen ideologis dalam berpolitik, sehingga tidak terlalu mempersoalkan simbol dan seragam partai.

Jika yang ketiga ini terjadi, maka komitmen ideologis tokoh Pamekasan ini memang patut dipertanyakan, karena dengan demikian, hal itu sama dengan menganggap semua partai politik sama, dan yang membedakan hanya baju, sehingga menggunakan baju PPP ataupun baju Partai Demokrat tidak akan menjadi persoalan. (*)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s