
Oleh Prof Dr Musta’in
Teori merupakan sistem ide, hasil dari abstraksi yang selalu berhubungan. Bisa juga pengorganisasian dari pengalaman empirik atas fenomena yang terjadi saling berkaitan.
Dalam konteks ini, “teori” juga bisa diartikan sebagai simplikasi, atau abstraksi dari pengalaman, atau dalil-dalil yang sudah melembaga.
Teori bisa juga didapat dari pengalaman-pengalaman seseorang, dari hasil pengamanan, kajian dan observasi yang kemudian menjadi dalil. Pola ini, biasa disebut pola “induksi” dalam metodologi penelitian. Sedangkan pengujian sebuah teori ke lapangan, adalah sebaliknya, yakni “deduksi”.
Pada kuliah pertemuan itu, Prof Musta’in juga menjelaskan tentang macam-macam teori yang menurutnya ada dua, yakni teori umum, berlaku secara umum dan teori khusus.
Ia mencontohkan teori umum semisal “Ada api, maka ada panas”. Kebenaran teori ini menurut dia, adalah berlaku secara umum, dimanapun dan kapanpun saja.
Mengenai teori umum ini juga sempat dicontoh dengan pola pemikiran logika silogisme. “Semua manusia pasti mati. Jokowi adalah manusia, maka Jokowi pasti mati”.
Teori khusus berasal dari fakta-fakta partikular (sebagian), berlaku dalam lingkup terbatas dan menjadi kebenaran terbatas pula, atau tidak bersifat umum.
Kala itu, Prof Musta’in mencontohkan tentang keberadaan media sosial yang menurutkan bisa menimbulkan teori tentang cara mengantisipasi dampak media sosial.
STRUKTUR TEORI
1). Grand Teory (analisi menyeluruh)
2). Messo Teory (analisa sebagian)
3). Case/ Substantif (analisa kasus/ isu dari fakta empiris)
Pada bagian lain, dosen ini juga menjelaskan, bahwa teori sebenarnya matematik/pasti, dan rasional.
Pada kesempatan itu, ia juga menjelaskan, bahwa teori sebenarnya merupakan serangkaian asumsi, konsep, untuk mengangkat fenomena sosial secara ilmiah. Juga sebagai alat untuk memahami realitas sosial, atau hubungan sistematis antara fenomena atau gejala yang hendak diteliti.
Hal penting yang ditekankan Prof Dr Musta’in dalam kuliah itu, bahwa “Teori Memberikan Pola Bagi Interpretasi Data”.
Pada kuliah Teori-Teori Sosial itu, ia juga sempat menjelaskan, hubungan teori dengan pengetahuan dan “ilmu pengetahuan”.
Teori menurut dia, bisa saja diperoleh melalui pengetahuan, dan pengalaman seseorang akan fenomena yang terjadi. Kendatipun demikian, tidak semua pengalaman bisa merumuskan teori yang mengandung kebenaran universal. “Tetapi kalau pendekatannya ilmiah, itu pasti,” ujarnya. (Dirangkum oleh Abd Aziz, dari Mata Kuliah Teori-Teori Sosial, Rabu 16 Agustus 2017)