
Oleh Daniel Sparringa: Staf Pengajar Departemen Sosiologi Universitas Airlangga, 22 Agutus 2017.
“Metodologi kualitatif itu, seperti agama saya,” katanya dosen yang mengaku lebih suka disebut ‘analis politik’ daripada ‘pengamat politik’ ini.
Sebelum menyampaikan materi kuliah, Daniel terlebih dahulu bercerita tentang pengalama pribadinya yang pernah menjadi mediator perdamaian di daerah konflik, Foso dan Ambon, juga pernah bekerja di kantor kepresidenan, dan sering disebut penasihat politik.
Dosen Daniel memulai kuliah dengan menjelaskan, tentang substansi komunikasi dan bahasa yang menurutnya meliputi:
– Languange
– Communication
– Sopichatat Skill
Media Studi
1). Cara berpikir, yakni dengan menguasai teori-teori.
2). Konsep
3). Prosedur untuk menemukan kebenaran.
4). Harus menguasai isu-isu pokok dalam kajian itu.
Ia juga menjelaskan, bahwa ada enam Hal Yang Bisa Menghalangi Empat Hal Diatas
1). Kayakinan system (keyakinan). Ada pengalaman buruk antara agama dan science ini. Science selalu percaya sebab akibat. Science menyediakan evolusi teori. (Manusia Berasal dari Simpanse).
2). Budaya.
3). Ideologi —> state (negara)
4). Metos
5). Superstation (tahayul/ suka kelenik)
6). Disiplin lain yang sebelumnya tidak bersinggungan dengan pelajaran lainnya.
Pada kesempatan itu, Dosen Daniel juga sempat menjelaskan tentang batasan ilmu pengetahuan dan agama, menjawab pertanyaan mahasiswa.
Ilmu menurut dia, merupakan sesuatu yang diperoleh dari pengamanan, analisi, kumulatif, rasional dan empiris. Sedangkan agama, murni bertumpa pada keyakinan, atau kepercayaan, sehingga cenderung tidak bisa bertemua.
“Namun di Indonesia ini kan tidak pernah mempersoalkan itu dan mereka cenderung menerima perbedaan dari sudut pandang yang berbeda itu,” ujarnya. (Disarikan dari Kuliah Metode Penelitian, 22 Agustus 2017)